Jumat, 13 Desember 2013

Building an Organization Capable of Good Strategy Execution



Untuk mulai mengimplementasikan strategi baru, seorang manajer harus  memulai dengan mendalami apa yang harus dilakukan secara berbeda agar bisa melaksanakan strategi tersebut dengan sukses. Mengeksekusi sebuah strategi harus berorientasi pada tindakan untuk mendorong aktifitas operasional, manajemen SDM, dan proses bisnis. 

Eksekusi yang baik terhadap sebuah strategi membutuhkan usaha tim. Semua manajer memiliki tanggung jawab atas wewenangnya melakukan eksekusi strategi. Setiap pekerja harus berpartisipasi aktif dalam proses eksekusi strategi.

Komponen-komponen prinsip dalam melakukan eksekusi strategi adalah:

  1. Mengisi organisasi dengan manajer dan pegawai yang mampu dalam mengeksekusi strategi 
  2. Membangun kapabilitas yang dibutuhkan organisasi agar berhasil mengeksekusi strategi 
  3. Menciptakan struktur organisasi pendukung strategi. 
  4. Mengalokasikan anggaran yang cukup dan sumberdaya lainnya dalam upaya mengeksekusi strategi 
  5. Membuat kebijakan dan prosedur yang memfasilitasi eksekusi strategi 
  6. Mengadopsi best practice dan proses bisnis yang mendorong perbaikan berkelanjutan dalam aktifitas eksekusi strategi. 
  7. Memasang informasi dan sistem operasi yang memungkinkan personil perusahaan untuk melaksanakan aturan strateginya dengan baik. 
  8. Menetapkan hadiah dan insentif atas pencapaian dalam target strategis dan keuangan. 
  9. Menanamkan budaya korporat yang mempromosikan eksekusi strategi yang baik. 
  10. Menguji kepemimpinan internal yang dibutuhkan untuk mendorong implementasi strategi kedepannya.

Dari kesepuluh komponen prinsip diatas, dikelompokkan lagi menjadi 3 kelompok yaitu; (1) Memperkuat organisasi, (2) Mengalokasikan dan memperkuat sumberdaya internal kelembagaan, (3) Evaluasi dan menciptakan strategi pendukung.


Memperkuat Organisasi


Berikut ini adalah pemahaman tentang kelompok yang pertama yaitu tentang organisasi. Membangun kapabilitas yang dibutuhkan organisasi agar berhasil mengeksekusi strategi meliputi 3 tindakan penting, yaitu;

a. Menetapkan personil/ staf organisasi.

  1. Menyusun tim Manajemen yang kuat dengan campuran antara pengalaman, skills, dan kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu merupakan langkah pertama dalam mengimplementasi strategi. 
  2. Merekrut dan menyaring pekerja bertalenta. Pada banyak industri, menambahkan talenta dan membangun modal intelektual lebih penting bagi eksekusi strategi yang baik dibandingkan menambahkan investasi dalam modal proyek

b. Membangun dan menguatkan core competencies dan kemampuan bersaing


  1. Membangun sekumpulan sumberdaya dan kemampuan yang disesuaikan dengan strategi saat ini. Membangun core competencies dan kapabilitas yang baru bukanlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu semalam. 
  2. Meningkatkan dan merevisi sumberdaya dan kemampuan sebagaimana kondisi eksternal dan perubahan strategi. Kapabilitas perusahaan harus disegarkan lagi dan diperbarui lagi agar bisa selaras dengan harapan konsumen, perubahan kondisi persaingan, dan inisiatif startegi baru. 
  3. Melatih dan melatih ulang personil perusahaan untuk menjaga kemampuan berdasar pengetahuan dan kemampuan berdasar keterampilan.

c.  Menata organisasi dan etos kerja


  1. Menyusun kelembagaan organisasional yang memfasilitasi eksekusi strategi dengan baik. Menyelerasakan struktur organisasi dengan strategi perusahaan bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu; (1) Membuat aktifitas-aktifitas kritis startegi dengan berdasarkan pada struktur organisasi, atau (2) Menyusun struktur organisasi berdasarkan kebutuhan eksekusi strategi
  2. Mempertimbangkan/ memutuskan berapa banyak wewenang pembuatan keputusan yang didelegasikan. Menetapkan pada bagian mana dari pengambilan keputusan yang bisa di-desentralisasi-kan, dan mana yang tetap ter-sentralisasi. 
  3. Mengatur hubungan eksternal, yang memfasilitasi kolaborasi dengan mitra eksternal dan aliansi strategis



Pertanyaan:
Apa indikator keberhasilan dari setiap komponen penting tersebut telah berhasil atau gagal dipenuhi?


Sumber: 
Thompson, A. A., Peteraf, M. A; Gamble, J. E.; & Striclan III, A. J. (2012),Crafting and Executing Strategy, New York: McGraw-Hill.

Strengthening A Competitive Positions

Offensive Strategy

Apapun generic competitive strategies yang digunakan oleh suatu perusahaan, namun ada waktunya dimana perusahaan harus mengambil tindakan offensive untuk memperkuat market position dan untuk meningkatkan overall company performances.
Strategi offensive yang terbaik adalah dengan menggunakan potensi sumber daya yang paling kompetitif untuk menyerang pesaing pada area yang menjadi kelemahan mereka dengan prinsip yaitu;
  1. Tetap fokus membangun competitive advantages lalu mengkonversikan menjadi sustainability advantages,
  2. Menciptakan dan membangun sumberdaya perusahaan sehingga pesaing harus berjuang untuk mempertahankan diri mereka,
  3. Menggunakan elemen kejutan yang tidak diduga oleh pesaing, 
  4. Menunjukkan kesan yang kuat dari tindakan yang cepat, tegas, dan luar biasa untuk mengalahkan pesaing.
Dari keempat prinsip tersebut, manager dapat memilih berbagai strategi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan diri yang dimilikinya. Pilihan offensive strategy antara lain adalah;
  1. Menggunakan cost-based advantage untuk menyerang pesaing yang memiliki strategi berbasis pada harga atau nilai,
  2. Melampaui pesaing dengan cara menjadi yang pertama yang menerapkan next-generation technologies atau menjadi yang pertama untuk pasar next-generation technology products,
  3. Melanjutkan inovasi produk secara kontinyu untuk menghasilkan penjualan dan market share yang jauh dari pesaing yang kurang inovatif,
  4. Menerapkan dan mengembangkan ide yang baik dari pesaing ataupun dari perusahaan lain,
  5. Menggunakan taktik hit and run atau guerilla warfare tactics untuk merebut penjualan dan market share dari pesaing yang sombong atau pengganggu,
  6. Melancarkan serangan terlebih dahulu untuk mengamankan advantageous position yang tidak bisa dicegah atau diduplikat oleh pesaing.

Sedangkan pesaing yang dapat diserang adalah; Vulnerable market leader, perusahaan runner-up yang memiliki kelemahan pada area dimana penantangnya justru kuat, Perusahaan yang berjuang karena sudah hampir kalah, Perusahaan lokal dan regional yang memiliki keterbatasan kapabilitas.

Blue Ocean Strategy adalah strategi dengan menghindari persaingan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif secara dramatic dan durable dengan menciptakan segmen baru dalam industri sehingga pesaing menjadi tidak relevan dan memungkinkan perusahaan untuk menciptakan dan menangkap seluruh permintaan.


Defensive Strategy

Selain menerapkan strategi menyerang, manager juga harus memahami tentantang strategi bertahan atau defensive strategy. Tujuan defensive strategy adalah;
  1. menurunkan resiko untuk diserang,
  2. mengurangi dampak dari segala serangan yang muncul,
  3. mempengaruhi penantang untuk mengarahkan serangannya kepada saingan lain.
Defensive strategy dapat ditempuh melalui dua bentuk yaitu; menutup peluang bagi penantang; dan memberikan signal kemungkinan melakukan serangan balik kepada penantang.Untuk melakukan strategic moving, harus mempertimbangkan waktu yang tepat dan diwajibkan untuk berhati-hati mempertimbangkan (dis)advantages yang menyertai strategic moving baik itu sebagai first-mover, fast-follower, maupun wait-and-see late mover.

Keputusan yang berkaitan dengan cakupan aktifitas-aktifitas perusahaan dapat juga mempengaruhi kekuatan market position perusahaan. Cakupan usaha dapat diperluas secara vertical atau horizontal. Perluasan secara horizontal dalam bentuk merger dan akuisisi dapat memperkuat daya saing perusahaan melalui 5 cara yaitu; (1) meningkatkan efisiensi operasi, (2) menaikkan diferensiasi produk, (3) menurunkan persaingan, (4) menaikkan bargaining power perusahaan terhadap suppliers dan buyers, dan (5) meningkatkan fleksibilitas dan dynamic capabilities yang dimiliki perusahaan.

Vertical integration dapat menjadi alasan yang strategis apabila menghasilkan penguatan posisi perusahaan melalui cost reduction atau menciptakan keuntungan berbasis diferensiasi. Di sisi lain, kekurangan dari vertical integration-- berupa kenaikan investasi, peningkatan resiko bisnis, rentan terhadap perubahan teknologi, berkurangnya fleksibilitas dalam perubahan produk, dan meningkatkan potensi konflik-- akan mengurangi bobot keunggulan perusahaan.

Outsourcing dapat meningkatkan daya saing perusahaan apabila; (1) ada aktifitas yang menjadi lebih baik atau lebih murah bila dihasilkan dari outsources, (2) memiliki aktifitas yang tidak dapat dirusak oleh core competency perusahaan outsource, (3) memperpendek waktu operasi perusahaan, (4) menekan resiko perusahaan, (5) memberikan akses bagi perusahaan untuk memanfaatkan kemampuan perusahaan outsource dan mampu meningkatkan kemampuan untuk berinovasi, (6) memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk berkonsentrasi pada core business-nya dan fokus pada hal terbaik yang bisa dilakukan.


Sumber: Thompson, A. A., Peteraf, M. A; Gamble, J. E.; & Striclan III, A. J. (2012),Crafting and Executing Strategy, New York: McGraw-Hill.

Evaluating Company’s Resources and Competitive Posistion


Untuk mengevaluasi seberapa baik strategi perusahaan berjalan saat ini, dapat dilihat dari dua indikator terbaik, yaitu:
  1. Apakah perusahaan mencapai tujuan keuangan dan tujuan strategisnya,
  2. Apakah performa perusahaan berada diatas rata-rata industri. Makin baik performa perusahaan secara keseluruhan, semakin kecil kemungkinan diperlukan perubahan strategi secara radikal. Semakin lemah performa keuangan suatu perusahaan, semakin perlu dipertanyakan strategi perusahaan saat ini.
Untuk mengukur seberapa besar kekuatan sumber daya perusahaan dalam berkompetisi, maka perlu dilakukan tes empat kekuatan kompetitif sumber daya, yaitu;

  1. memiliki nilai kompetitif,
  2. langka atau tidak dimiliki oleh pesaing,
  3. susah untuk ditiru, dan
  4. ketersediaan sumber daya pengganti.

Untuk mampu menangkap peluang pasar dan mengetahui ancaman eksternal agar bisa lebih baik dimasa yang akan datang maka ada beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu:
  1. Membuat kesimpulan yang diperoleh melalui analisa SWOT untuk mengetahui gambaran situasi perusahaan saat ini.
  2. Mengambil tindakan berdasarkan kesimpulan yang diperoleh yakni dengan strategi yang sesuai untuk penguatan internal (mengoreksi kelemahan internal) dan memperbesar peluang pasar, dan mampu menghadapi ancaman eksternal.
Tanda bahwa sebuah perusahaan memiliki biaya, harga, dan proposisi nilai yang kompetitif apabila (1) biaya dan harga produk mampu bersaing dalam industri, (2) Diferensiasi yang dilakukan mampu menyampaikan proposisi nilai kepada konsumen secara efektif.
Untuk mengukur efektifitas proposisi nilai yang diterima oleh konsumen dapat dilakukan pengujian dengan value chain analysis serta melakukan benchmarking terhadap value chain pesaing. Value chain analysis bertujuan mengukur efektifitas dan efisiensi dari aktifitas-aktifitas utama dan aktifitas pendukung serta biaya. Aktifitas utama terdiri dari supply chain management, operation, distribution, sales and marketing, serta service yang menghasilkan profit margin. Sedangkan aktifitas pendukung adalah product R&D, Technology, System Development, Human Resource, dan General Administration.
Benchmarking value chain dapat dilakukan dnegan membandingkan hasil analisa value chain yang dimiliki oleh perusahan dnegan value chain yang dimiliki oleh pesaing atau perusahaan lain yang lebih baik kemudian dapat dilakukan penyesuaian atau perbaikan melalui pembelajaran yang didapat dari keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan lain. Dengan perunahan yang dilakukan maka perusahaan akan memiliki atau menyamai keunggulan yang dimiliki oleh pesaing perusahaan lainnya.
Dari hasil analisa value chain dan benchmark yang dilakukan akan diperoleh proficient performance pada masing-masing aktifitas. Proficient performance dari aktifitas value chain dapat diterjemahkan menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Keunggulan ini dapat berdasarkan pada diferensiasi ataupun low cost.
Secara keseluruhan, kekuatan atau kelemahan kompetitif perusahaan dapat diukur melalui metode Representative Weighted Competitive Strength Assessment (RWCSA). RWCSA ini menggunakan hasil analisa SWOT yang dilakukan pada setiap aktifitas kemudian dikelompokkan menjadi Key Succes Factor atau ukuran kekuatan industri. Dari KSF yang ada, dilakukan assesment dan penilaian terhadap pesaing maupun perusahaan lainnya. Bandingkan hasil yang diperoleh oleh perusahaan kiat, pesaing, dan perusahaan lainnya,  maka akan didapatkan perbandingan bobot kompetitif secara keseluruhan.
Langkah berikutnya adalah melakukan listing terhadap kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan. Buat Worry List terhadap masalah-masalah yang dapat mengurangi kemampuan berkompetisi di masa akan datang. Dari worry list itu, identifikasikan permasalahan apa saja yang dimiliki perusahaan. Tentukan strategi apakah yang akan digunakan untuk mengatasi permasalahan dan mengurangi kelemahan perusahaan agar mampu bersaing dalam jangka waktu yang panjang (have a sustainability competitiveness).

(Sumber: Thompson, A. A., Peteraf, M. A; Gamble, J. E.; & Striclan III, A. J. (2012),Crafting and Executing Strategy, New York: McGraw-Hill.)


Pertanyaan:

  1. Bagaimana mengukur Supplier-related value chain?
  2. Bagaimana menentukan nilai importance weight?
  3. Bagaimana memberikan penilaian terhadap masing-masing Key Success Factor?

Company External Environment



Lingkungan makro meliputi konteks lingkungan yang luas dimana perusahaan itu berada. Lingkungan makro terdiri dari tujuh komponen utama yaitu; 

(1) demografi,
(2) nilai sosial dan gaya hidup,
(3) politik, hukum dan peraturan,
(4) lingkungan hidup dan ekologi,
(5) teknologi,
(6) kondisi ekonomi umum, dan
(7) kekuatan global.

Berpikir Strategis Tentang Industri Perusahaan Dan Lingkungan Persaingan

Untuk dapat memahami Tentang Industri Perusahaan Dan Lingkungan Persaingan, manajer harus dapat mengumpulkan berbagai informasi dan melakukan analisa agar mampu menjawab tujuh pertanyaan kunci berikut;
  1. Apakah Industri menawarkan peluang pertumbuhan yang menarik? 
  2. Seperti apa dan sekuat apa daya saing yang dihadapi oleh setiap anggota industri? 
  3. Faktor-faktor apa yang mendorong terjadinya perubahan dalam industri dan sebarapa besar dampaknya terhadap intensitas persaingan dan profitabilitas? 
  4. Bagaimana posisi posisi pesaing dalam industri?, siapa yang terkuat dan terlemah? 
  5. Perubahan strategi apa yang akan dilakukan oleh pesaing? 
  6. Apakah faktor kunci sukses dalam persaingan di masa depan 
  7. Apakah industrimenawarkan prospek yang baik serta keuntungan yang menarik?
Untuk menjawab pertanyaan itu maka harus diketahui terlebih dahulu lima model kekuatan (Five Forces) dalam persaingan, yaitu;
  1. Persaingan diantara sesama penjual dalam industri. 
  2. Persaingan berkaitan dengan pendatang baru yang potensial dalam industri. 
  3. Persaingan dengan produsen produk subtitusif. 
  4. Supplier bargaining power. 
  5. Customer bargaining power.
Bagaikan sebuah aturan, daya saing yang terkuatlah yang akan menentukan tingkat competitive pressure pada profitabilitas industri. Manajer harus bisa menerapkan strategi yang sesuai untuk melindungi perusahaan dari competitive pressure dengan memperhatikan 3 aspek yaitu; (1) mencari jalan untuk melindungi perusahaan dari tekanan kompetitif, (2) melakukan tindakan tepat untuk menggeser tekanan kompetitif guna mendukung perusahaan dalam menghadapi 5 kekuatan persaingan, (3) melihat arena lain yang memiliki tekanan kopetitif yang lebih lemah.

Perubahan pada industri dapat berdampak positif dan negatif bagi perusahaan. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi serta dampaknya bisa dilakukan dengan menggunakan analisis dinamika industri (Dynamic Industry Analysis). Analisa dinamika industri terdiri dari :
  1. Identifikasi penyebab perubahan. 
  2. Menilai apakah perubahan yang terjadi akan menyebabkan industri menjadi semakin menarik atau sebaliknya.
  3. Menentukan perubahan strategi untuk mengantisipasi dampak dari perubahan yang terjadi.
Saat terjadi perubahan dalam industri, perusahaan perlu mengetahui posisi pesaing dalam pasar yaitu dengan menggunakan teknik strategic group mapping yang dapat membantu untuk menunjukkan perusahaan mana saja yang dekat atau jauh dari pesaing. Memantau pesaing dapat membantu perusahaan untuk mempersiapkan lankah apa yang diambil untuk mengatasi pergerakan pesaing dan bila perlu melakukan tindakan terlebih dahulu untuk menghindari kerugian. Untuk mengetahui strategi apa yang akan diterapkan oleh pesaing, manajer dapat menerapkan Competitive intelligence.

            Industry Key Succes Factors (KSFs) adalah elemen strategi khusus, atribut produk, pendekatan operasional, sumberdaya, dan kapabilitas kompetitif yang harus dimiliki setiap pemain dalam industri agar dapat bertahan dan berhasil dalam industri. KSFs berbeda untuk tiap industri, namun berdasarkan pada keadaan tertentu KSFs dapat ditentukan dari jawaban pertanyaan berikut;
  1. Dasar apa pembeli menentukan pilihan produk yang dibeli dari merk yang bersaing? Atribut produk dan karakter pelayanan adalah hal yang sangat krusial. 
  2. Sumberdaya dan kapabilitas kompetitif apa yang harus dimiliki oleh perusahaan agar mampu bersaing dipasar? 
  3. Kekurangan apa yang dapat secara signifikan merugikan perusahaan?
Sumber: Thompson, A. A., Peteraf, M. A; Gamble, J. E.; & Striclan III, A. J. (2012),Crafting and Executing Strategy, New York: McGraw-Hill.

Senin, 02 Desember 2013

What Is Strategy and Why it is Important?


Strategi bisnis adalah langkah-langkah kompetitif dan pendekatan-pendekatan bisnis yang dibangun oleh manajer agar mampu berhasil dalam persaingan, meningkatkan kemampuan dan pertumbuhan bisnis. Starategi bisnis dibuat agar perusahaan mampu untuk (1) berkompetisi; (2) menghadapi berbagai perubahan ekonomi dan kondisi pasar, dan permodalaan dalam menumbuhkan peluang; (3) Mengatur setiap bagian fungsiaonal bisnis; (4) Meningkatkan kemampuan keuangan dan pemasaran. Strategi adalah tentang kemampuan bersaing dengan membedakan diri dari pesaing dengan melakukan apa yang tidak dilakukan oleh pesaing atau bahkan yang tidak mampu dilakukan oleh pesaing.

Setiap strategi membutuhkan elemen-elemen khusus untuk menarik konsumen dan menghasilkan keunggulan kompetitif dengan dilengkapi arahan dan petunjuk tentang apa saja yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Hati dan Jiwa dari sebuah strategi adalah pada tindakan dan pergerakan yang diambil untuk memperoleh keunggulan kompetitif dari pesaing. Setiap strategi perusahaan akan mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan apabila perusahaan tersebut dapat memenuhi keinginan konsumen secara lebih efektif dan efisien dibanding dengan pesaingnya walaupun pesaing tersebut akan berusaha untuk menyamai atau bahkan melampaui keunggulan tersebut.

Ada empat pendekatan strategis yang sering digunakan dalam upaya untuk membedakan diri dari pesaing, untuk membangun loyalitas yang kuat pada konsumen dan untuk memenangkan keunggulan kompetitif. Keempat pendekatan tersebut adalah:
  1. Industry’s Low-cost provider. Memiliki keunggulan kompetitif berbasis biaya dengan menargetkan pada konsumen yang sensitif terhadap harga. 
  2. Differentiating feature. Memiliki keunggulan kompetitif berbasis pada perbedaan fasilitas seperti kualitas, jumlah varian produk, feature tambahan, value-added service, keunggulan teknologi serta pelayanan lainnya yang lebih atraktif. Pendekatan ini yang paling banyak digunakan untuk mass-products yang biasanya persaingan sangat kuat dalam industri tersebut. 
  3. Niche market. Fokus pada pasar khusus dengan keunggulan pada hasil kerja yang lebih baik dibanding pesaing dalam hal pelayanan dan pemenuhan keinginan serta selera konsumen. 
  4. Best-prices. Memiliki keunggulan kompetitif dengan mampu memberikan harga yang lebih murah atau harga terbaik pada produk yang memiliki fasilitas yang sama dengan produk merek lain yang lebih mahal.
Setiap strategi harus dapat berkembang seiring perubahan kondisi dan perubahan waktu. Startegi yang terus berkembang dari waktu ke waktu adalah hasil dari peningkatan strategi yang telah ada sebelumnya melalui usaha yang dilakukan oleh manajemen secara terus menerus. Untuk dapat membuat strategi yang mampu bertahan sepanjang waktu, perusahaan juga harus menciptakan deliberates startegy atau proactive strategy yang merupakan strategi jangka panjang dalam kondisi normal dan emmergent strategy atau reactive strategy yang merupakan startegi one-event strategi untuk keadaan tertentu.

Strategi perusahan yang dibuat harus sejalan dengan business model untuk menghasilkan uang dimana terdapat dua elemen penting yang harus bisa diwujudkan dengan strategi yaitu: (1) The customers value proposition. Perencanaan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan harga yang sesuai, (2) Profit formula. Perencanaan struktur biaya yang lebih menguntungkan.
Strategi yang unggul adalah strategi yang mampu melewati tiga macam tes, yaitu;
  1. Fit Test. Strategi yang unggul harus sesuai dengan kondisi perusahaan baik secara internal, eksternal, maupun dinamis sehingga mampu berkembang dari waktu ke waktu. 
  2. Competitive Advantage Test. Strategi yang unggul akan mampu menciptakan keunggulan kompetitif secara berkelanjutan. 
  3. Performances Test. Strategi yang unggul akan meningkatkan performa perusahan dari segi kekuatan keuangan dan keuntungan juga dari segi kemampuan bersaing dan mempertahankan pasar. 
Suatu Strategi yang baik dan mampu dilaksanakan dengan baik merupakan hasil dari manajemen yang baik. Good Strategy + Good Executing = Good Management.



(Sumber: Thompson, A. A., Peteraf, M. A; Gamble, J. E.; & Striclan III, A. J. (2012),Crafting and Executing Strategy, New York: McGraw-Hill.)